Di zaman serba digital seperti sekarang, apakah uji organoleptik pada makanan masih diperlukan? Uji organoleptik adalah metode ilmiah yang memanfaatkan panca indera manusia untuk mengukur tekstur, penampilan, aroma, dan rasa produk makanan. Meskipun terkesan tradisional, nyatanya uji ini masih memegang peranan penting dalam industri makanan modern.
Mengapa uji organoleptik dianggap paling sensitif dan sering digunakan? Karena pada akhirnya, penerimaan konsumen terhadap suatu produk ditentukan oleh penilaian mereka terhadap penampilan, rasa, dan teksturnya. Uji organoleptik melibatkan panelis terlatih yang mampu memberikan penilaian paling akurat, bahkan melebihi alat tercanggih sekalipun.
Ada 3 jenis uji organoleptik: uji pembeda, uji deskriptif, dan uji afektif. Uji pembeda untuk mengecek perbedaan antar sampel, uji deskriptif untuk menentukan sifat dan intensitas perbedaannya. Keduanya membutuhkan panelis terlatih. Sedangkan uji afektif mengukur tingkat kesukaan berdasarkan panelis konsumen dalam jumlah besar.
Dalam uji deskriptif, dikenal teknik QDA (Quantitative Descriptive Analysis) yang menggunakan pendekatan skala atau skor terkait atribut kualitas produk. Hasil uji deskriptif kemudian dikombinasikan dengan uji afektif (hedonik), menghasilkan basis pengetahuan komprehensif tentang penerimaan produk.
Di era kecerdasan buatan, perpaduan hasil uji organoleptik dan machine learning terbukti mampu meningkatkan akurasi penilaian. Algoritma Naive Bayes Classifier dapat dilatih dengan basis pengetahuan tersebut untuk memprediksi penerimaan pasar terhadap produk baru dengan cepat dan presisi tinggi.
Lalu bagaimana dengan teknologi sensor elektronik seperti e-nose dan e-tongue yang diklaim dapat meniru fungsi indera manusia? Meskipun terus berkembang pesat, teknologi ini belum sepenuhnya dapat menggantikan kepekaan indera manusia yang kompleks dan subyektif.
Preferensi rasa tiap individu berbeda-beda. Ada yang suka roti lembut, ada pula yang menyukai roti renyah. Uji organoleptik dengan melibatkan panelis yang mewakili pasar setempat diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang relevan dengan preferensi masyarakat tersebut.
Jadi, di tengah pesatnya perkembangan teknologi, uji organoleptik tidak kehilangan relevansinya. Justru semakin diperkaya dengan bantuan kecerdasan buatan. Kombinasi kepekaan indera manusia dan kecanggihan teknologi inilah yang memungkinkan industri makanan modern menghasilkan produk yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga diterima baik oleh lidah konsumennya.